[ Tea and Koffie ] Tanaman Rambat di dalam Benteng
Sinyal alarm diri memintaku berhenti
mengeja dalam hati deretan aksara di pangkuanku. Belum selesai. Baru
separuh kubaca. Kuselipkan bookmark untuk menandai halaman yang
tersisa. Kututup ‘manuskrip’ itu dengan kedua tangan. Lantas
memasukkannya hati-hati ke dalam tas kulit cokelat.
Matahari yang tadi menumpahkan sinarnya
dengan malu-malu kini mulai menyengat. Cahaya terangnya menguasai
pandangan. Pantas saja. Panas mulai terasa menggigiti punggung tanganku.
Kulirik ke bagian atap kanopi tempatku
duduk. Untungnya, tempat yang kududuki cukup terlindungi. Daun dan
batang yang menjuntai dari tanaman rambat berbaik hati menahan panas
untukku.
Ia tumbuh dengan melilit-lilitkan badan
dan daunnya di antara besi-besi. Meliuk dan menjahit diri di
lubang-lubang kanopinya. Menjadi payung disaat terik seperti ini. Dan (mungkin)
juga menjadi pelindung ketika tetes-tetes air dari langit sedang jatuh.
tanaman rambat – photo by Swesthi Charika |
Sebagaimana jeda kekosongan waktu yang kadang menimbulkan tanya. Maka rentetannya pun melintas dibenak saat sedang melihatnya.
"Ah, apakah tanaman rambat ini merasa kepanasan? Ataukah ia cukup senang karena bermanfaat? Mungkinkah sebenarnya ia kesal karena harus tumbuh mengikuti alur-alur besi yang sudah dibuat?".
Belum sempat aku bertanya-tanya lagi, jawaban itu muncul sendiri kala teringat secuplik paragraf dari tulisan yang tadi kubaca.
Tanyakan pada sungai, “Apakah kau merasa berguna, sebab bukankah kau sekadar mengalir ke arah yang sama?”
Dan ia akan menjawab, “Aku tidak mencoba untuk berguna; aku mencoba untuk menjadi sungai.”
Bisa jadi aku dan [mungkin] manusia lain
terlalu larut dengan berbagai pertanyaan hidup. Lantas sibuk mencari
berbagai jawaban.
Hingga akhirnya lupa untuk [mencoba] menjadi manusia.
Vredeburg, Maret 2016
Salam,
Tea and Koffie
------------------------------------------------------------------------------------------
Tea and Koffie adalah catatan dan celoteh iseng 2 orang kontradiktif. Seorang penyuka teh yang tidak boleh meminum teh. Dan seorang penyuka kopi yang tidak disarankan meminum kopi.
Waaaah...kamu teliti sekali yak
ReplyDeleteSaya ajah gak pernah ngamati tanaman apa yg merambati Vredeburg. Hihi
Eh btw...coba deh amati priceza.co.id iseng2 cek harga dan barang, siapa tahu dapat inspirasi
Tanaman rambat juga bisa membuat sebuah tembok menjaid cantik :)
ReplyDelete:)
DeleteInspiring sekali, nih ;)
ReplyDeletekak indi sugaar, makasih :*
DeleteAish hangatnya ini ☺
ReplyDelete:D
DeleteKachan, puitis sekali ya ternyata...
ReplyDeletelhoh namaku kan kurnia puitistikawati..#garing #gajadipuitis ;p
DeleteKadang kita terlalu sibuk untuk sekedar peduli dengan sekitar. Inspiring...
ReplyDeleteSaya pilih kopi kalau pagi dan teh saat sore hari :D
ReplyDeleteSegar mata lihat tanamannya...
kak qachan, renungannya bagus banget... terutama bagian lupa menjadi manusia, langsung jleb abis di aku...
ReplyDelete