SLIDER

Kawasan Tugu Jogja, kenyamanan yang tak disengaja

Sunday 20 November 2011 | 31 comments

Tempat nongkrong anak muda di kota kita yang Jogja banget?
“ Kawasan Tugu...”!!

Hey, tolong jangan bayangkan kalimat tersebut kami ucapkan  secara serentak dan bersama-sama yang  biasanya dilanjutkan dengan make a wish dalam hati dan berkata flip-flop.
 tidak, sama sekali tidak (digaris bawah)

Nama tempat itu muncul dengan perjalanan yang cukup  panjang. Tepatnya  setelah kami bertiga bosan bermusyarah, berunding, berapat, berargumen,berdebat,  berinterupsi, berwacana, dan ber..ber..lainnya. Itu adalah mufakatnya.
Bagaimanapun kami adalah anak muda indonesia yang memegang nilai-nilai negaranya :)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu sore yang Cerah ...
Ini  sesuai dengan harapan kami di kala langit  Jogja yang akhir-akhir ini begitu murah hati....
Ketika langit senja berganti menjadi gelap, perjalanan kami segera dimulai. 

Jogja, seperti yang telah diketahui merupakan tempat "kota pelajar" yang memiliki banyak tempat yang bisa dijadikan ajang berkumpul. Tercetus daerah kawasan Tugu (Jl. Mangkubumi) karena merupakan tempat ter-"netral" dari para komunitas muda yang sedang diatas awan.
berbicara mengenai kawasan tugu, kali ini kami akan bercerita tentang 3 tempatnya :  
Tugu Jogja -  Jl. Mangkubumi - Angkringan KR
 Tugu Jogja..

perempatan tugu Jogja

Tugu Jogjakarta. Lambang simbolik, buatan penjajah Belanda yang dibangun pada tanggal 3 Oktober 1889 pada masa Hamengku Buwono VII sebagai ganti Tugu Golong Gilig buatan Kraton yang runtuh oleh sebuah gempa besar di sekitaran tahun 1800an.
Secara mitologis memang Tugu Jogja atau tugu Pal Putih yang ada sekarang ini memang masih dikaitkan dengan garis kosmologis Yogyakarta.  Sebuah garis yang menjadi nadi kehidupan Yogyakarta, yang menjaga hubungan antara Gunung Merapi dan segenap kekuasaaan mitologis di Utara.  Tugu Pal Putih yang mungkin memang sengaja ditaruh di sana sebagai lambang pengganti dan tetap menjaga cerita mitologis itu abadi.

Jogja mengalami sedikit perubahan. perubahan dalam modernisasi.  Jogja dengan banyaknya kendaraan bermotor membuat "sedikit" sesak  jalanan yang bisa dibilang cukup sempit bagi sebuah kota. Walaupun banyak kendaraan, tugu tetap setia berdiri di garis utama pertemuan Merapi dan Pantai Selatan. Kendaraan yang tidak pernah berhenti memutari tiap-tiap dinding tugu. Perbaikan jalan yang terus menerus membuat Tugu semakin dicintai para penikmat bangunan tua. Tugu yang dilindungi. Tugu yang diagungkan.

Sekitar 30 menit kami berada di sana, di salah satu sudut jalannya. 


Kawasan tugu, memang tidak seramai Alun-alun keraton Jogja, Kilometer 0-Malioboro atapun beberapa open public space yang cukup terkenal di kota ini. Namun juga selalu saja ada orang yang  asyik memotret diri dengan pal putih yang terang karena cahaya lampu yang menyinarinya. Kebanyakan dari mereka adalah kaum muda-mudi.


aktivitas berfoto di tugu Jogja
Sedikit catatan, Tugu berdiri tepat ditengah perempatan, tanpa pagar atau penjagaan khusus mengelilinginya. Meski ada yang dinamakan 'sebuah kesadaran' namun tetap perlu perhatian khusus guna menjaga keamanan, keselamatan, juga kenyamanan baik bagi para penikmat tugu maupun para pengendara kendaraan di sekitarnya. 


Jl. Mangkubumi
sisi sepanjang jalan mangkubumi, eksistensi komunitas anak muda Jogja
Beranjak dari  tugu Jogja kami berjalan kearah selatan,  memasuki  Jl. Mangkubumi. Jalan satu arah yang terkenal dengan gedung-gedung tua. Tempat ini mulai terlihat dimanfaatkan oleh beberapa kaum muda-muda sebagai tempat berkumpul. Di antaranya yang pernah kami lihat adalah komunitas sepeda fixie, sepeda onthel, vespa, fotografer muda, dan  gank anak muda lainnya. Rapat, sekedar nongkrong, berbagi ilmu, ataupun saling berkenalan antara sesama komunitas adalah hal-hal yang biasa di lakukan di sepanjang Jl. Mangkubumi ini.

Jl. Mangkubumi dari arah tugu jogja
Komunitas-komunitas ini muncul begitu saja seiring berjalannya waktu. Suasana yang lengang, tidak begitu ramai dan bising, space yang cukup luas, dan tepat berada di jantung kota Jogja menjadikan sepanjang jalan ini tempat yang nyaman bagi mereka. Dan satu lagi!!sudah bisa dipastikan, tempat ini bebas uang alias gratis. salah satu hal yang disukai siapa saja:)




Pelepas lapar dan dahaga ...
the Jabrix "Angkringan KR"
suasana lesehan angkringan di teras KR
Kembali berjalan ke selatan, kami berhenti di salah satu tempat di kawasan tersebut yang juga menjadi daya tarik bagi tempat nongkrong, yaitu angkringan. Nama angkringan yang terdapat di Jl. Mangkubumi ini adalah angkringan the Jabrix (kami baru tahu nama aslinya). Selama ini namanya lebih dikenal dengan angkringan KR, kenapa KR? hayo ada yang bisa jawab? yak karena angkringan ini bertempat di selasar kantor koran kedaulatan rakyat. Baiknya adalah koordinasi dengan pihak tempat (koran KR) dengan angkringan ini berjalan lancar. Tidak ada konflik. Padahal tempat ini menjadi ajang makan, berdiskusi, mengamen dan berkumpul. Menurut Pak Jabrik (pemilik angkringan) salah satu komunitas yang setia berkumpul di angkringannya adalah komunitas Kaskus Jogja, yang meramaikan tempatnya di setiap rabu malam.

Angkringan ini sendiri baru menggelar lapaknya di KR selama kurang lebih 3 tahun. Sebelumnya angkringan ini berada di seberang KR semenjak tahun 1998 (berasa aneh gak sih cuman nyebrang aja pindahnya?) hahaha. Tapi karena terjadi perpindahan yang tidak lebih dari 15 meter ini angkringan the jabrix ini justru makin terkenal dari mulut ke mulut. Menu makanannya terlengkap seantero angkringan di jogja dengan harga yang juga bersahabat (kata bos angkringan KR lho ini, serius!).

banyak menu..menu..menunya
Mas-mas penjaga angkringan KR ramah-ramah, disela-sela melayani para pelanggan mereka menyelinginya dengan gojek kere (celetukan garing), yaa namanya juga jogja ya berhati nyaman, hehe...

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengembangan kawasan ini bukanlah sebuah ide buruk.
Bukan dikembangkan dari struktur tempat dan bangunan, karena apabila merubah tempat itu justru  merubah model keistimewaannya. Salah satu wujud pengembangannya publikasi. Hal ini bisa dilakukan dari mulut ke mulut, media cetak, elektronik, internet, dan sebagainya. Semua bisa berpartisipasi. Kenapa butuh publikasi? Agar mereka yang belum tahu menjadi tahu akan  keberadaan 'ruang muda' ini. 
Sedangkan pengembangan lainnya butuh campur tangan pemerintah kota, karena berkaitan dengan penambahan fasilitas, yaitu pengadaan kamar kecil. Salah satu keluhan yang muncul di kawasan ini akan ketiadaannya (biar kecil tapi selalu dibutuhkan, hhee)

kenyamanan ini tidak disengaja....
Tugu yang merupakan simbol Yogyakarta memiliki aura tersendiri untuk menarik orang-orang. Tiap sisi jalan Mangkubumi yang lengang, sangat menggiurkan kaum muda untuk memanfaatkannya. Keberadaan angkringan KR di sana adalah tambahan fasilitas sebagai tempas pemuas kebutuhan fisiologis dasar manusia. Saling keterpaduannya membuat kawasan ini  mampu menjadi salah satu alternatif tempat kumpul anak muda yang bosan ataupun tidak butuh ruang ber-AC maupun kursi-kursi kaku namun tetap mampu menggali potensi muda mereka. 

Sepenggal kisah, monggo dilihat............




Dengan keunikan-keunikan tersebut mengembangkannya juga merupakan salah satu bentuk pelestarian. Kawasan-Tugu-Jogjakarta-Istimewa.  

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*sebuah kisah dari Jogja untuk menyemarakkan  3 on 3 competition yang diselenggarakan oleh ON|OFF

Salam Cah Yojo, 
Jogja Berhati Nyaman        







Kurnia Kartikawati  - Chandra A. Suryatmaja - M. Septian Dwi Susilo



© People & Place • Theme by Maira G.