+1 Ibu
Sepanjang hari ini Jogja di guyur hujan.
Pukul 19.10 WIB, dan aku berada di kawasan Sudirman. Mencari mie jawa. Permintaan ibuku.
***
Ini hari ke empat
Bapak di rumah sakit.
Aku dan ibu menjaga bersama, Kami tidur di kasur sebelah Bapak. Pagi ini, begitu bangun kupeluk ibu dengan ‘lebay’
sambil bilang “selamat hari ibuuu. mau apa, bu hari ini?”. Beliau menjawab " Nanti malam makan Mie Jawa ya, kamu beliin, makan bareng di sini". Kuiyakan.
Ya, mungkin ibu bosan dengan makanan di
sekitar rumah sakit. Meskipun di depan rumah sakit berjajar tempat makan, namun masakannya serupa. Sama persis malah.
Selain itu aku yakin bisa memenuhi keinginan ibuku ini. Dibenakku sudah muncul nama warung Mie Jawa yang terkenal enak.
***
Sudah hampir setengah jam
berputar-putar di sekitar Jalan Sudirman, tidak kutemukan juga mie jawa. Warung mie jawa yang ada di benakku tadi siang ternyata tutup. Entah, mungkin pemiliknya
pun tengah sibuk berhari ibu di rumah masing-masing. Mungkin.
Akhirnya kutepikan
motorku, mengeluarkan HP, menelpon seseorang. “Mas, mie Jawa sekitar UGM di
mana ya?” tanyaku tanpa babibu. Orang di seberang pulau sana, memberikan sebuah alamat warung. Segera kunyalakan motor kembali dan menuju alamat tersebut. Syukurlah, ternyata warung bakmi Jawa itu buka. Berhasil.
***
Dengan tergopoh-gopoh
aku melesat di lorong-lorong rumah sakit. Sudah pukul 19.47. Aku takut ibu
kelaparan.
Ternyata, Ibu memang sudah
menantikan mie jawa ini daritada. Ucapan "nah, akhirnya datang juga" mengisyaratkan hal ini bukan?
Acara makan bersama segera kami mulai. Mie jawa sudah tersaji di hadapan saya dan ibu. Mari makan.
Daaan tiba-tiba, “Kaa, kok ngga enak mienya”. Deg! Kuhampiri ibu dan mienya. Aku cicipi. Benar, ternyata ngga enak. Aku beralih ke mieku sendiri yang berbeda jenis . Kucicipi dan sama saja. Ngga enak. Sama sekali. Ah rasanya agak sedih. Merasa sedikit gagal memenuhi keinginan ibu di hari ibu.
Acara makan bersama segera kami mulai. Mie jawa sudah tersaji di hadapan saya dan ibu. Mari makan.
Daaan tiba-tiba, “Kaa, kok ngga enak mienya”. Deg! Kuhampiri ibu dan mienya. Aku cicipi. Benar, ternyata ngga enak. Aku beralih ke mieku sendiri yang berbeda jenis . Kucicipi dan sama saja. Ngga enak. Sama sekali. Ah rasanya agak sedih. Merasa sedikit gagal memenuhi keinginan ibu di hari ibu.
"Ngga papa, karena lapar jadi tetep enak kok, makasih yaa", ibu menambah.
Ucapan terimakasih ibu masih tergiang-ngiang setelah acara makan Mie Jawa selesai. JLEB! aku tertohok. Sepertinya aku jarang mengucapkan terimakasih untuk hal-hal yang lebih besar dari ini. Betapa banyak ingin yang kuminta dari ibu sepanjang usia ini. Lebih dari sekadar ingin makan Mie Jawa. Dan, lupa untuk mengatakan terimakasih.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebelum menyelesaikan tulisan ini. Aku memberi diriku waktu 10 menit.Mengingat-ingat, kemudian menuliskannya, hal-hal yang membuatku mengucapkan terimakasih pada ibu.
10 menit ini berbunyi sesuai ingatku . . .
Sebelum menyelesaikan tulisan ini. Aku memberi diriku waktu 10 menit.Mengingat-ingat, kemudian menuliskannya, hal-hal yang membuatku mengucapkan terimakasih pada ibu.
10 menit ini berbunyi sesuai ingatku . . .
terimakasih, untuk...
- gendongan cepat dan tepukkan hangat ketika
jari manisku terluka saat aku mencoba memotong kuku sendiri, 1992
- tidak memarahiku yang memberhentikan
tukang jamu, beli & meminumnya, kemudian kabur dan ngumpet di balik meja karena
ngga punya uang buat bayar, yang akhirnya penjual Jamu itu mencarimu, 1993
- menceritakan banyak cerita dongeng
sebelum tidur, hingga 1998
- binar sedih namun lega di hari bahagia
anakmu ini. Ya, di hari bahagia anakmu dengan pria yang memberi alamat Mie Jawa tadi. Nanti akan kucubit lengannya saat iya pulang, karena memberikan saran yang Agustus 2013
Pernahkah kamu mengingat kebaikan-kebaikan ibumu?
10 menit saja, tuliskanlah
Salam..
Anak ragil ibu
No comments
Post a Comment