SLIDER

[ Tea and Koffie ] Sapu Lidi Perawat Candi Sari



"Merawat memang bukan pekerjaan mudah!"

Hanya ada satu orang pengunjung sebelum kami datang. Ia tengah sibuk merekam sekeliling area dengan kamera ditangannya. Nampak sekilas raut bahagia saat melihat kedatangan aku dan S. Yang kemudian aku pahami bahwa raut bahagia tersebut tak lain karena kami bisa membantunya merekam diri. 

Untuk urusan ini, tentu saja S yang membantunya karena ia lebih mumpuni. Aku  memilih beralih dari mereka perlahan-lahan lalu mulai berjalan mengelilingi area yang konon dibangun di abad ketujuh ini. Sambil sesekali mendekati bangunan inti untuk menghirup aromanya. 

Kebiasaan yang kadang membuat beberapa orang yang melihat mengernyitkan dahi. "Menghirupnya mungkin bisa membuatmu awet muda", biasanya kuberi alasan asal sambil terkekeh  kemudian berlalu. Sekadar membuat dahi mereka kembali lurus dari gurat tanya.

Baca: Tangga Batu di Candi Sambisari

Di salah satu sisi bangunan  aku kembali bertemu dengan  staf yang melayani di loket tadi. Saat aku melihatnya, ia ada di sana. Masih lengkap dengan baju olahraga hari Jumat, ia dan seorang rekannya tengah ‘menempel’ di dinding candi.

Tangan kanannya  berpegang pada batuan. Badannya dicondongkan ke depan. Satu kakinya berpijak di dasar sedang sebelah lainnya diayunkan ke belakang kemudian berpijak pada batuan yang lebih tinggi untuk menyelaraskan keseimbangan.

“Ini membersihkan batu dari lumut, Mbak”, jawabnya ketika aku bertanya apa yang sedang dilakukan. 

Nampaknya, karena posisi ‘menempel’ -nya itu, tangan kirinya bisa leluasa dan nyaman membersihkan lumut di bebatuan yang dibantu  dengan sebuah alat sederhana.

salah seorang staf candi sari yang tengah membersihkan candi – photo by Swesthi Charika
Pakenya ini, ngga boleh pake bahan kimia”, seakan menebak pertanyaanku berikutnya dia menambahkan sambil menunjukkan pembersih lumut candi berbentuk sapu lidi kecil yang sedari tadi ia gunakan. 

Ya, bahan kimia adalah zat yang harus dihindari dalam proses merawat bangunan peninggalan sejarah. Bisa-bisa, niat merawat justru berimbas perusakan pada batu-batuannya.

sepasang sandal jepit– photo by Swesthi Charika
Si Hijau dan Sang Abu-abu – photo by Swesthi Charika
batuan sari – photo by Swesthi Charika
Saat musim penghujan, ini menjadi aktivitas yang wajar bagi mereka untuk merawat 'Sari'. Membersihkan Si Hijau yang mulai muncul dan tumbuh di celah maupun bebatuannya secara manual.

Untuk ketinggian yang relatif masih aman dan terjangkau, mereka akan melakukannya seperti ini. Namun untuk ketinggian lebih lanjut dan tentu berisiko, mereka menggunakan tangga yang dipakai bergantian dengan Candi Kalasan.
***
  
Ketika berniat bergegas untuk kembali berkeliling, dua staff ini menambahkan cerita-cerita lain tentang Candi Sari padaku dan S dengan begitu semangat. Kami pun mengurungkan niat dan memberi waktu lebih. Berterimakasih.

Bukankah sapu lidinya tidak akan seberguna itu tanpa mereka yang rela dan tidak malas untuk menggerakkannya. Sekalipun atas nama pekerjaan.


Candi Sari, April 2016
Salam,
Tea and Koffie  
------------------------------------------------------------------------------------------

Tea and Koffie adalah catatan dan celoteh iseng 2 orang kontradiktif. Seorang penyuka teh yang tidak boleh meminum teh. Dan seorang penyuka kopi yang tidak disarankan meminum kopi.

10 comments

  1. terima kasih pak petugas :). btw, bener juga yah, aku jd inget, kata pak pembersih toilet, bahan kimia yg pembersih keramik itu juga bikin ngerusak keramik, katanya. *komen macam apa ini hehehe*

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahaahaaa ini bermutu bgt kok mba komennyaaa ;)

      Delete
  2. Aku belum pernah berkunjung ke candi candi, next time kalau ke jogja pengen juga mampir ke borobudur dan prambanan

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa, ayo mbaaa,,,,jogja punya belasan eh bahkan kayaknya puluhan candi deeeh ;))

      Delete
  3. Aku dah pernah ikut bersih2 yg di Borobudur heheee... Panas & susah perasaan nggak bersih2 lumutnya tapi seneng rame2 sambil dijelasin proses pembersihannya apa saja selain pake sapu lidi krn Borobudur kan gede banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa, teleer kalo seborobudur pake sapu lidi gini ya maak ;p

      Delete
  4. Keren.. patut diapresiasi staff candinya :)

    ReplyDelete
  5. sungguh hebat juru rawat candi apa lagi juru pelihara megalitikum ... wihhh sangat keren mereka bener bener merawat warisan nenek moyang kita

    ReplyDelete

© People & Place • Theme by Maira G.