SLIDER

Pulang | Tere Liye

Selalu ada 'rasa' yang berbeda jika kata ini tergaung. Baik ketika didengar, dibaca, maupun diucapkan. Mungkin memang sejatinya ia adalah sebuah alarm pesan khusus yang ditanam ditiap diri. Maka semenjak awal kata tersebut tertera di muka novel. Ia sudah menelisik masuk ke sanubari. PULANG.

***   
Sinopsis
"Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut". (hlm 1)
Saat itu usianya 15 tahun. Namun, anak lelaki itu tak punya lagi rasa takut. Sebuah ‘pertarungan’ mencekam di tengah hutan terdalam Bukit Barisan telah menghilangkan satu emosi itu darinya. Disaksikan beberapa orang yang bersamanya, ini menjadi awal kebenaran bahwa ia ‘berbeda’.

Seakan sudah ditakdirkan. Apa yang terjadi malam itu juga menjadi tiket baginya untuk keluar dari kampungnya. Ikut ke kota provinsi bersama seorang Tauke kenalan lama ayahnya, penguasa keturunan China. Bujangpun berpisah dari Samad dan Midah - orangtuanya. 

20 tahun kemudian, Bujang hanya menyisakan 2 hal dari masa lalunya. Yang pertama, ia masih memegang teguh pesan ibunya sebelum ke kota. Kedua, ia masih menjadi sosok yang tak punya rasa gentar. 

Selebihnya, ia berubah. Bujang adalah sarjana lulusan dari universitas terbaik di negeri. Peraih 2 gelar master di luar negeri. Ia mampu menembak 12 sasaran bergerak dalam 6 detik. Menguasai teknik melempar shuriken- senjata ninja. Dan pernah pada suatu pertandingan yang hanya disaksikan sedikit orang, ia dengan mudah mengalahkan atlet lari tingkat dunia.

Hebat sekaligus mengerikan. Ia bertransformasi menjadi sosok jenius dan juga kuat. Paduan yang sempurna untuk perannya sebagai tukang pukul, sekaligus anak angkat Tauke dari Keluarga Tong. Yang kini telah menjadi penguasa shadow economy nomor wahid di negaranya. Bujang mendapat tugas khusus dalam menyelesaikan masalah serius keluarga dengan kolaborasi otak maupun ototnya. Si Babi Hutan, begitu sekarang orang memanggilnya.

Di luar kehidupan sekarang dan pekerjaannya, Bujang mulai diperlihatkan banyak hal. Tentang masa lalu orangtuanya. Tentang orang-orang di sekitarnya. Juga tentang keberadaannya di rumah keluarga Tong. Bahwa segala hal yang ada hanya bagian dari keterkaitan hidup. Masa lalu, sekarang, dan ke depan.  

Belum selesai urusan dirinya. 
Pun ia harus kembali bergelut dengan peperangan dan juga penghianatan.


*** 
Saya harus mengakui bahwa ‘pulang’ menjadi pengobat bagi saya yang absen membaca sebulan ini. Pencarian diri, religiusitas yang tak tergembar-gemborkan, dengan balutan action dan dunia kelam. Lengkap!

Ia menjadi bisa dinikmati secara dalam bagi mereka yang sedang ingin ‘mencari’. Juga tetap bisa disukai mereka yang hanya ingin mencari sensasi membaca aksara.


Tere Liye membangun setting tempat dari suasana desa sampai kehidupan kota yang modern sekarang. Mengawali dari sudut kedalaman hutan Bukit Barisan, berangsur menjalar ke kehidupan kota provinsi. Melaju ke dunia sentral ibu kota. 

‘Shadow Economy’ ekonomi bawah tanah, yang gelap, illegal, penuh intrik yang menjadi latar kehidupan peran utama terasa cukup kuat. Seperti biasa, penjelasan penulis selalu mampu membuat tiap hal sangat nyata. Mudah dipahami dengan baik. 

Detail-detail kecil namun mengena membuat makin apik. Memperpendek jarak antara pembaca dan tokoh. Seperti diceritakannya tentang  ‘amok’ ritual khusus ‘tukang pukul’ untuk naik kelas. Juga tentang proses inisiasi bagi yang telah resmi menjadi tukang pukul. 

Alur kisah maju-mundur memang bagaikan pisau bermata dua. Untungnya dalam 'pulang' penulis mampu menjadikannya lebih condong pada manfaat yang berujung kekuatan. Mampu memilih situasi yang pas ketika harus membawa kisah kembali masa lalu. Menyiapkan plot yang tepat dan tidak bertele-tele. Lantas menyambungkannya kembali ke masa sekarang. 

Ah ya, penulis satu ini juga tak pernah menyiptakan peran tak bermakna. Ia yang tersebutkan dalam cerita selalu memiliki andil dan terkait. Bukan hanya peran asal lewat. Dan Tere Liye mampu menjelaskan tiap peran dengan sangat pas tanpa dipaksakan. Seperti untuk mengingatkan kita bahwa setiap orang yang ada dihidup kita bukan tercipta kebetulan. Mereka dan kita bagaikan pelengkap peran dari hidup masing-masing. 

Pada akhirnya semburat makna dari buku ini bahwa...
‘Pulang’ bukan perjalanan menuju sebuah tempat. Bukan rasa bahagia untuk beranjak ke pangkuan bapak-ibu. Juga bukan ketakukan menuju akhir kehidupan. Karena pada hakikatnya ‘pulang’ adalah kembali pada dirimu sendiri. Pulang pada hakikat kehidupan.  

 
Pengarang : Tere Liye
ISBN : 978-602-082-212-9
Terbit : Jakarta, 2015 
Halaman :iv+ 400 Halaman
Harga :Rp. 65000,-
Berat : 300 gram
Dimensi : 13.5 X 20.5 Cm
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Salam 



Kachan

2 comments

© People & Place • Theme by Maira G.