SLIDER

Dibalik Gugurnya Gunung Gamping



Gunung Gamping 

Jam menunjukkan pukul 16.50 WIB. Matahari masih memberikan sumbangan cahayanya namun suasana terasa ‘singup’. Sunyi dan terasa kurang nyaman. Areal kuburan yang berada tepat di depannya cukup menambah keheningan. 

Bukan pertama kali saya ke sini namun ini pertama kalinya saya ke sini sendirian. Lokasinya memang sangat dekat dengan rumah saya. Masih satu padukuhan, Ambarketawang. 


Pintu gerbang sudah digembok. Tak ada tanda-tanda pergerakan manusia di dalamnya. Di hadapan saya terlihat jelas sebuah panggung kecil, tempat biasa dilakukan Upacara Bekakak. Di sebelah kanannya nampak sebuah batu yang menjulang berukuran sekitar 4 x 10 meter, dengan tinggi sekitar 10 meter. Itulah sisa Gunung Gamping. 
"Gunung Gamping runtuh dan tersisa seperti sekarang ini karena kemarahan 'penunggu' nya di waktu lampau"
Saya ingat perkataan Bapak tetangga saua sekian tahun lalu. Saat itu tengah berlangsung Upacara Bekakak, Saparam yang biasa dilakukan masyarakat Gamping setiap bulan Safar. Sebuah upacara persembahan pada 'penunggu' Gunung Gamping agar tidak marah lagi dan masyarakat Gamping senantiasa diberi keselamatan.

Ah, masa iya. Ucap saya dalam hati ketika itu.


Akhirnya saya melanjutkan perjalanan sore itu menuju rumah Mbah Gito, juru kunci Gunung Gamping. Saya cukup tahu beliau meski belum pernah berinteraksi langsung.

Pria berusia sekitar 70 tahun ini nampak ramah. Menjawab banyak pertanyaan yang saya ajukan. termasuk tentang kebenaran sebab runtuhnya Gunung Gamping yang sering tersiar di masyarakat, yaitu karena marahnya ' penunggu'.

"Iya, benar", katanya sambil terkekeh. "Runtuh karena hantu penunggunya jaman itu...Jepang" lanjutnya. "Sering dibom", tambahnya. Cerita ini didapat karena Ayah Mbah Gito mengalaminya langsung.

Jaman itu jika terdengar sirine orang-orang diminta menutup kuping. Lantas terdengar bunyi ledakkan. Pengeboman. Kepingan batu-batu gamping itu dikumpulkan untuk dibawa ke negara Jepang. Konon digunakan sebagai ahan obat dan kaca. 




Tidak berhenti sampai disitu. Setelah Jepang pergi, penambangan masih dilanjutkan oleh "penunggu" yang lain, pribumi. Penduduk kembali mengeruk batuan gamping yang tersisa. Gunung yang semual ribuan hektar menjadi tersisa sekian ratus meter.

Baru tahun lalu Mbah Gito dengar hasil penelitian yang dilakukan peneliti Indonesia, Singapura, dan Korea Selatan. Kualitas kekerasan batu Gunung Gamping Ambarketawang terbaik nomor 2 di nuia setelah di Meksiko. Mungkin ini yang membuat Gunung Gamping laris manis digugurkan.

Sampai akhirnya Sultan Hamengkubuwono IX melakukan titah untuk menyelamatkan sisa Gunung Gamping yang merupakan tempat pertapaan pertama Hamengkubuwono I. Segala penambangan dihentikan. Gunung Gamping dipagari. Bersamaan dengan itu diperintahkan pula melakukan upacara Bekakak setiap bulan Safar yang dilangsungkan hingga sekarang.  



Lantas mulailaj tersiar kabar tentang 'penunggu' Gunung Gamping yang akan kembali marah jika yang tersisa itu diambil. Tak ada lagi yang berani mengutak-atik sisa Gunung Gamping hingga sekarang.

***
Rupanya  'hantu penunggu' berwujud manusia memang di mana-mana. Masalah kekuasaan, keinginan, ekonomi, memang bisa membuat jiwa mencintai alam menjadi luruh.

Khusu untuk Gunung Gamping ini saya sangat sedih. Ya, hantu 'perusak' itu membuat saya tidak bisa ikut merasakan keindahan yang dilihat Junghuhn, peneliti Belanda yang pernah menjelajah Jawa, sekarang. Barisan perbukitan karst yang elok.

Sumber: omahkendeng.org


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
* artikel ini dibuat untuk tugas workshop jurnalisme kompas bersama Wisnu Nugraha Oktober 2015 lalu


Salam, 


Kachan

6 comments

  1. :(
    semoga gunung gamping tetap terjaga keindahannya :")

    ReplyDelete
  2. batu yang bagus. sayang banget sampai habis

    ReplyDelete
  3. Gunung Gamping, ternyata memiliki kaulitas gamping terbaik no 2 setelah Meksiko. Pantas banyak yg berburu Gamping untuk tujuan komersil. Padahal proses terbantuknya mineral gamping ribuan hingga jutaan tahun. Klo sudah habis ya sudah, mau bagaimana lagi. Saya pikir tindakan tegas dari pemerintah. Alhamdulilah sudah dipagari. Semoga tidak ada lago oknum yang melakukan pengrusakan terhadap Gunung Gamping.

    Nice post Mbak Kachan :D

    ReplyDelete
  4. baru tau ada gunung batu di gamping :(

    ReplyDelete
  5. Ya Allah mbak Kacaan 😔 langsung kaget liat lukisannya, ternyataaa, baru tauu.

    www.ajengmas.com

    ReplyDelete
  6. Meskipun tinggal "sa-ipit" kita bersyukur gunung gampingnya masih tersisa

    ReplyDelete

© People & Place • Theme by Maira G.