SLIDER

kopi lampung - pasar beringharjo

Ini aroma kopi.
Meski bukan penikmat setia, saya yakin bau yang saya cium ini adalah bau kopi. Dengan tidak terlalu menghiraukan, saya  kembali sibuk memilah-milih jepit rambut ala chibi. Pekerjaan jadi bakul [ bahasa jawa: pedagang ] memang menuntut kita untuk selalu up to date dengan trend di semua usia. Chibi..chibi..chibi..hag hag hag [emm gak gini juga kali ya]

Sembari menunggu kakak saya yang masih sibuk memilih asesoris se-usianya #eh, saya melipir [maksudnya  minggir cari tempat enak buat leha-leha].
"Kok bau kopi ya?" saya akhirnya bertanya ketika aromanya kembali muncul.
"Lha sebelah situ kan jualan kopi, Mbak", jawab salah seorang pegawai sambil mengarahkan telunjuknya ke kios asesoris sebelah. 
Saya menjulurkan kepala ke arah yang ditunjuk. Ada simbah dengan raut wajah datar di sana. Bahkan tetap datar saat melihat saya menyembulkan kepala dan tersenyum padanya. Sambil terus menggiling kopi ia hanya membalas senyuman saya dengan tatapan tanpa ekspresi. Sangat kontras dengan pernak-pernik berwarna-warni di belakangnya.

Beliau berhenti menggiling kopi ketika saya mendekati dan menyapanya. Saya bilang aroma kopinya harum. Beliau mengatakan kopi-kopi yang ia jual asli Lampung.  Di beli dalam bentuk biji kopi kemudian digoreng dan digilingnya sendiri

"Robusta mawon, niki paling enak" [robusta saja, ini paling enak], ujar beliau saat saya hendak membeli kopinya. Saya meng-iya-kan. Harganya 60 ribu/kg, boleh membeli setengahnya, seperempat, atau se ons. Saya kurang paham akan stratifikasi kopi di tanah air. Hanya saja  pernah mendengar bahwa robusta Lampung merupakan salah satu yang bercita rasa 'level atas'.

Kopi Lampung simbah banyak dicari terutama oleh mahasiswa Lampung yang sedang mengenyam pendidikan di Jogja. Menikmati kopi sekaligus mengobati kangen kampung halaman mungkin. Selebihnya tentu saja para penikmat kopi di dalam maupun  luar Jogja. Tidak jarang simbah mengirimkan kopinya ke daerah di Jawa Barat maupun Jawa Tengah.  

Seperti orangtua seusianya, simbah suka bercerita. Tentang kopi, kesuksesan anak-anaknya, sampai pada pengalamannya saat bergabung di 'heiho' dan TNI di jaman kemerdekaan, lengkap dengan instruksi dalam bahasa Jepang. Sayapun refleks menyimpulkan asal muasal 'wajah tanpa ekspresi' beliau :)

gilingan                                                biji kopi
Letak kios simbah sebenarnya mudah dicari, namun tidak bagi yang jarang menyentuh pasar beringharjo. Berada di bagian kios asesoris, pasar beringharjo bagian timur, lantai dasar. Simbah sharing kios dengan penjual asesoris. Nampaknya bertanya pada para pedagang di sana lebih memudahkan, mengingat simbah sudah lebih dari 40 tahun berjualan kopi di pasar ini.  Pasti cukup dikenal.

***
"Nyonya saya cantik, asli Dieng".
Entah karena tidak mendengar ucapan pamit saya, atau memang belum menuntaskan kisahnya.
Saya akhirnya menimpali, "Nyonya itu istri simbah ya?"
"Iya, sudah tidak ada 15 tahun yang lalu, waktu usianya 54".
Pria di depan saya mengambil sebuah benda dari sakunya, membukanya,kemudian memperlihatkan sesuatu pada saya
"Cantik, cantik sekali. Dulu Nyonya pasti kembang desa ya, Mbah".
"He he he", beliau tertawa

Usia beliau 83 tahun, Mbah Sastro namanya. 
Fakta pertama, tidak perlu menyangkut pautkan namanya dengan artis cantik Dian Sastro.
Fakta kedua, tidak ada nama tambahan Wardoyo di belakang namanya. Sekian.




Salam hangat & sruput 


          -Qha-

6 comments

  1. Betapa setianya mbah sastro sama istrinya... :)
    Kapan-kapan boleh nih nyobain kopi lampungnya, walau hanya sekedar mencoba.

    ReplyDelete
  2. iya, coba azh..mumpung mau balik ke jogja kan?

    ReplyDelete
  3. mau nanya sekarang masih jualan gak ya mbah sastro mohon informasinya di 087838843940

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Rian..
      Haduh, maaf. Kalau sekarang saya kurang tahu. Kalo Rian di jogja, mungkin bisa ke Bringharjo langsung..

      Delete
  4. hiks..bolak balik beringharjo kok blm mampir kesini ya, padahal aku doyan banget ngopi :(

    ReplyDelete
  5. Aku juga penikmat kopi... Tetapi kopi lampung aku belum pernah mencobanya... Mungkin mbak Qachan bisa mengirimkannya kepadaku buat icip2...hehe...

    ReplyDelete

© People & Place • Theme by Maira G.