SLIDER

paket ramadhan dangau hasanah

Friday 12 August 2011 | 2 comments

It’s not too late to say, Happy fasting day all 

2 hari yang lalu, untuk pertama kalinya saya keluar kandang selama puasa. Hari-hari sebelumnya saya  terikat kontrak ekslusif bersama masyarakat di tempat tinggal saya untuk tetap stay dari pagi sampai menjelang tidur lagi. Alhasil moto saya hampir-hampir menjadi tiada hari tanpamu, Sodanten (nama Desa tempat saya tinggal). 

Kembali ke 2 hari yang lalu, 
hari itu pun jadi hari perdana saya buka puasa di luar. Ternyata eh, ternyata bukan perkara mudah mencari tempat yang pas untuk berbuka. Bahkan cukup menjadi hal yang aneh, ibaratnya seperti makan melinjo di sayur asem. Kok bisa? Bisa aja, kan kalau mau makan melinjo, pertama harus di onceki* (bahasa Jawa : dikupas) dulu kulitnya terus masih harus di geprek-geprek, atau digigit-gigit kulit kerasnya. Beruntung kalau pinter nggigitnya melinjonya bisa utuh, tapi kalau ngga, pasti isinya nempel-nempel di kulit kerasnya, bikin susah buat makannya. Jadi,  intinya  makan melinjo adalah bikin males. Dan seperti itulah kira-kira pencarian tempat buka puasa saya sore itu. Hampir semua tempat makan yang saya datangi ( 6 tempat ) penuh dan ga karuan. Bahkan di tempat akhirnya saya buka puasa, saya mendapat tempat duduk tepat di sebelah para koki mengipas-ngipas arangnya. Malesi tho.

Paragraf ini saya khususkan untuk promosi, (mending jujur kan :)). 
Fakta yang bisa diambil dari ocehan saya di paragraf sebelumnya adalah sekarang lagi nge-trend yang namanya buka puasa bersama. Yaiyalah, namanya juga lagi bulan puasa (bener kan?). Dimana-mana acara buka puasa bersama, dari komunitas anak-anak sampai komunitas simbah pensiunan departemen XX. Padahal, tidak semua tempat makan bisa menampung banyak orang atau pun komunitas. Nah buat teman-teman yang punya kelompok, komunitas ataupun keluarga yang ingin mencari tempat untuk berbuka puasa bersama, saya bisa memberikan salah satu alternatifnya. 
Pernah dengar Dangau Hasanah? Jika belum tahu, berhubung websitenya masih dalam masa recovery, kalian bisa mengecek via facebook http://www.facebook.com/dangauhasanah. Dangau hasanah outbound syariah, di bulan ramadhan ini menawarkan paket untuk buka puasa bersama. Lokasinya adalah di daerah Gamping, Sleman. Deket banget sama pasar Gamping. Jadi ada di sebelah Barat Propinsi ini. Tapi tidak sulit menjangkaunya.


Dangau memang khusus membuka paket ramadhannya bukan untuk perorangan, melainkan kelompok. Jadi buat kalian yang ingin sekali buka di sini, tapi bingung belum punya kelompok yang akan diajak tenang saja. Mulai sekarang langsung pikirkan dalam-dalam kelompok apa saja yang bisa di ajak untuk berbuka di sini.

Masih bingung juga mikir punya kelompok apa? Saya bantu deh, kelompok itu bisa macam-macam. Bisa kelompok bermain di rumah, kelompok pecinta hewan-hewan peliharaan, kelompok penyuka band Ungu, kelompok penggemar Om Taufan, Jonas Rivano ( ini mah saya hehe), kelompok pencak silat, kelompok mahasiswa sedang skripsi (nah ini saya lagi) atau kalau masih bingung juga,  bikin kelompok orang yang ga punya kelompok (rada maksa deh). 
Setelah itu, teman-teman bisa memilih mau berbuka di dangau yang mana. Jadi 'dangau' adalah istilah untuk menyebut rumah-rumahan yang terbuat dari bambu, yang kadang disebut juga saung. Dangau hasanah punya 4 dangau sebagai tempat untuk berbuka, yang terbaru adalah  dangau rumah pohon. Teman-teman bisa memilih dengan alasan kapasitas ataupun view yang diinginkan. Untuk view, alhamdulillah daerah Gamping Lor tempat dangau hasanah berada menawarkan panorama yang menarik, apalagi di sore hari, ditambah kesejukan yang alami. 

Setelah membaca promosi ngalor-ngidul saya, pastinya teman-teman juga butuh tahu info yang satu ini bukan? (baca: harga). Kalau soal rasa, dijamin harga ga bakal bohong. Yuk, mulai pilih-pilih.



Ini sudah menginjak hari ke 13 di bulan Ramadhan,
semoga selalu berkah..

-Qach-

sogan batik, rejodani

Wednesday 10 August 2011 | 0 comments

SOGAN BATIK, rejodani
senyum komuniti akan mengadakan kegiatan ke tempat ini. Cihhuyyy, saya langsung masang muka pengen dan berniat daftar. Sebenernya saya ga tau pasti ini tempatnya dimana dan seperti apa. Bahkan saya belum tahu pasti keseluruhan kegiatannya nanti apa. Yang bikin naluri ini berkobar-kobar (sumpah ini lebay) adalah karena akan ada kelas nge-Batik ^_^. Sekedar buat pamer, saya ini termasuk salah satu anggota ekskul membatik ketika SMA. Membanggakan bukan? Saya bangga lho. Meskipun akhirnya menyadari tidak ada tanda-tanda bakat ke arah sana. 

Setelah itu akhirnya saya tahu bahwa tujuan senyum kali ini adalah dalam rangka wisata bisnis bersama teman-teman dari panti asuhan Al-Qudus. Rencananya kegiatan ini agar naluri dan keinginan  teman-teman panti untuk berwirausaha semakin membulat.

Jadilah, hari itu saya siap-siap berangkat. Cukup lama mematut diri di kaca sambil mikir mau pakai baju apa ya yang pas?(padahal bingung karena baju di lemari udah pindah ke bak cucian yang harusnya sudah tidak ada di sana). Dan akhirnya blouse putih dan cardigan pink (again) jadi pilihan saya (satu-satunya pilihan maksudnya). 


Kesan Jawa sudah terasa ketika melihat pintunya. Setelah melewati pintunya yang terlihat adalah batik-batik yang berjajar manis khas dengan warna-warna cerahnya. Sepertinya inilah yang menjadi ciri khas batik sogan.


 saya dan koleksi batik sogan
Sembari melihat-lihat batik, saya mulai mencuri-curi lihat harga salah satu gamis batik. Tapi ternyata cukup sulit menemukannya, sampai seseorang berkata" di dalam, bagian belakang baju, mba..".
Itu adalah suara  mba Umi, manajer Sogan. Darinya dan juga beberapa pegawai di sana yang ikut nimbrung saya jadi tahu banyak hal tentang sogan dan kisahnya (duh bahasanya). Begini kisahnya,,
Sekitar 7 tahun lalu,gadis bernama Iva di usianya yang ke 19 berniat untuk membuka usaha. Ia mengawalinya dengan berjulan kue basah yang dititipkan ke pasar-pasar. Lambat laun ia merasa bahwa keuntungan dan tenaga yang dikeluarkan tidak seimbang, dan mulai mencari bisnis lain. Dan sampailah ia akan kesadaran bakat mendesain yang dimilikinya, dan tercetuslah ide membuat batik yang dilakukan bersama temannya. Langkah selanutnya, ia mulai mengemis (istilahnya) ilmu ke para pembatik di Jogja.  Setelah akhirnya merasa mampu membuka usaha sendiri ia mulai  mengajarkan keterampilan membatik pada warga sekitar rumah yang sampai sekarang menjadi pegawainya. Setelah jatuh bangun, akhirnya mba Iva dan batiknya sampai pada posisi sekarang ini. Seorang owner dari  batik sogan, resto sogan, dan juga rumah joglo sogan yang unik. Saking uniknya, rumahnya ini telah beberapa kali menjadi tempat perhelatan pernikahan ( saya  mulai berpikir ke arah sana hehe)
sasaran pembelinya adalah eksekutif muda
batik terbang hehe
Setelah saya, si dokumenter dadakan cukup puas memotret  rumah utama saya beralih ke bagian rumah belakang dimana mba Iva dan suaminya akan membagi kisah tentang succes story mereka. Tetapi sebelum ke sana   saya melewati dapur restonya. unik juga ya
dapur
Mba Iva, Does she look younger than her age?(she's 28)
Keluar dari pintu dapur ini, maka akan terlihat sogan resto, halaman rumput, dan pendopo lagi. Tempat-tempat inilah yang biasa menjadi tempat perhelatan pernikahan.
sogan resto, biasa sebagai tempat gubuk2 resepsi pernikahan 
Kiri Octa- Kanan Suaminya mba Iva @ pendopo belakang
Di pendopo ini mba Iva dan suaminya sharing tentang perjuangan membangun sogan batik dari nol, kurang lebih seperti yang sudah diulas oleh mba Umi tadi. Satu hal yang perlu di catat ketika ingin membangun sebuah usaha bisnis yaitu Istiqamah, atau Konsisten.
sesi photo bersama di pendopo selesai sharing :)
Selain menikmati keindahan sogan,saya dan teman-teman mendapat kesempatan shortcourse batik. Dan dimulailah unjuk gigi pembatik ulung a.k.a Qachan (God, dari namanya aja kok gak pantes ya)
suasana di bengkel mbatik
ular tangga batik pesanan dewi motik
jemur-jemur batik
nah sudah saya bilang bahwa saya ahli hoho
memotret diri sebelum pulang
 Kali ini kembali mengenal batik, budaya nusantara
salam batik Indonesia
Kurnia Kartikawati (KK)

Bagi yang tertarik pada koleksi sogan batik  http://www.sogan-batik.com/

ullen sentalu museum

Tuesday 9 August 2011 | 0 comments

Namanya cukup menarik perhatian sedari pertama kali mendengarnya. Sempat terpikir apakah nama tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuno atau apa. Ternyata Ullen Sentalu berasal dari ULating BLencong Sejatine Tataning Lumaku yang memiliki arti pelita hidup bagi perjalan manusia. Ullen Sentalu adalah museum yang menampilkan seni & budaya (Kasultanan Ngayogyakarta, Puro Pakualaman, Kasunanan Surakarta , Puro Mangkunegaran). Daya tarik utama ullen sentalu terletak pada kepiawaian menampilkan sosok para putri dari 4 keraton tersebut. Ruang-ruang khusus dibuat untuk mengisahkan kepandaian, kecantikan,pandangan hidup, dan juga kisah cinta mereka dibalik tembok keraton.

Museum yang berlokasi di Jalan Kali Boyong, Kaliurang ini  didirikan oleh Keluarga Haryono dan diresmikan tahun 1997. Beliau bukan keturunan keraton melainkan seorang pengusaha yang memiliki ketertarikan pada budaya Keraton Surakarta dan Yogyakarta.

Di bulan April lalu, akhirnya saya berkesempatan untuk menilik langsung museum ini bersama dengan 2 sahabat saya dari Batavia yang sedang berkunjung. Jangan sampai salah ya, museum ini buka di hari Selasa-Minggu dan libur di hari senin

Begitu sampai di depan museum, akan nampak sebuah jendela kecil yang bernuansa kolonial dengan terali besi dan dibaliknya ada sesosok Pria yang berusia 7O-an dengan wajah bersih dan pakaian rapi. Ramah dan bersahaja, itu kesan yang saya dapat dari Bapak di loket. Setelah itu  kita akan disambut oleh beberapa orang yang telah berjaga di sebuah pintu, mereka adalah guide yang akan membimbing kita selama berplesir di dalam museum. 
Ups lupa,  ada perubahan harga tiket, jadi jangan terkecoh. Saya sempat membawa KTM dengan harapan mendapat potongan harga, yang ternyata sudah tidak berlaku. Hughs.Melihat ini saya jadi merasa senang termasuk dalam penduduk lokal :D
Admission Fee : 
International Rp.50.000 ( Minimum for 2 Persons)
International student Rp.50.000
Adult Rp.25.000
Local Student Rp.25.000


Aturan awal yang langsung di terapkan oleh guide saat itu adalah ‘NO CAMERA’. Saya awalnya memang sudah tahu tentang ini, tetapi ternyata ketika kita sudah menginjakkan kaki di pintu masuk dan mulai melihat sambutan pohon-pohon serta tanaman yang berlumut dengan kesan natural membuat hasrat untuk mengabadikan memang sangat besar. Akhirnya saya menyiapkan kamera terbaik yang telah saya siapkan, yaitu membuka lebar-lebar semua indra yang ada untuk menikmati bagian-bagian dari tiap bangunannya:
Ruang Seni Tari dan Gamelan
Berisi Lukisan, Gamelan dan beberapa patung. Lukisan yang cukup berkesan buat saya dalam ruang ini adalah lukisan 2 putri Jawa dan China yang bertarung dengan menari  untuk memenangkan hati Raja.
Guwa Sela Giri
Sebuah lorong  yang sedikit gelap,  di setiap sisinya dipamerkan lukisan-lukisan photo keluarga kerajaan baik Solo maupun Yogyakarta.
Kampung Kambang
Seperti namanya, bangunan museum ini letaknya di atas air dengan aksen seperti mengambang. Di sini terdapat 5 buah ruangan, sebagian besar menceritakan kisah putri keraton. Salah satunya bernama Ruang syair untuk Tineke. Konon Putri Tineke, salah seorang putri dari kasunanan Surakarta yang saat remaja tidak mendapat restu ketika  jatuh cinta pada orang biasa. Oleh karena itu sang putri mengalami kesedihan yang teramat. Kemudian, teman, sahabat dan kerabatnya menghibur dan memberi nasehat mereka lewat surat yang berisi puisi , nasehat, serta kalimat penyemangat  untuk Putri Tineke (sebagian besar dalam bahasa inggris dan belanda). Yang menarik, ruang ini membuat sadar bahwa kata sekeren apapun yang ada sekarang ternyata tidak lebih dari kata yang memang sudah ada di jaman dahulu.

Salah  satu ruangnya pun mengenalkan kita pada sosok Ratu Mas, Putri Kesultanan Yogyakarta yang menikah dengan Raja Kasunanan Surakarta. Beliau merupakan seorang ahli design pakaian, topi, dan asesoris. Bahkan topi yang beliau design telah diimport ke Luar negeri ketika itu. Di luar ini, ada sebuah mitos yang dipercayai sebagian orang. Jika terjadi pernikahan antara 2 keraton tsb, maka  mereka tidak akan dikaruniai seorang putra. Dan itu selalu terjadi sampai saat ini, dan juga pada  Ratu Mas. Ketika saya tanya mengapa, menurut mba guide, jika hasil pernikahan Yogkarta dan Surakarta menghasilkan seorang putra hal yang paling ditakutkan adalah perebutan putra mahkota di kemudian hari. Ternyata ini bukan negeri dongeng, ucap saya dalam hati.

Beralih lagi pada satu ruang milik, GRAy Siti Nurul Kusumawardhani. Melihat lebih dalam putri Keraton Mangkunegara yang sangat cantik dan pintar. Tidak seperti putri lain yang sangat kental jiwa feminimnya, Gusti Nurul mahir berkuda, berenang, tenis dan juga menari. Ia juga sangat memiliki pandangan modernisme dan salah seorang yang sangat menolak poligami. Karena ‘keunikan’ yang dimilikinya tersebut,  banyak pria hebat yang ingin meminangnya,  termasuk  salah seorang mantan presiden kita dan juga salah seorang raja yang juga pahlawan nasional. Namun karena mereka termasuk penganut poligami, maka Gusti Nurulpun menolaknya.

Kampung kambang memang tempat yang cukup menginspirasi saya sebagai wanita. Wanita hampir selalu membayangkan dirinya adalah seorang putri dan menyukai hal-hal yang berkaitan dnegan itu. Selama ini saya menyalurkannya lewat berkenalan dengan Cinderella, Putri Aurora, Putri Salju dan Ariel yang ada dalam dunia Bapak Walt Disney.  Atau pun dengan ikut mengagumi sosok Putri di dunia nyata seperti Lady Dy, dan Kate Middleton baru-baru ini. Tetapi , mereka semua  adalah nyata yang seperti khayalan bagi saya, karena mereka ada di dalam batas yang tidak tersentuh oleh saya. 

Kali ini rasanya berbeda. Di ruangan ini, saya tiba-tiba membayangkan,bahwa putri – putri ini pernah hidup di dunia yang sama dengan saya, di tanah yang sama, di negeri yang sama, dengan budaya yang sama pula - saya sedikit merinding mengingat itu. Ada semacam perasaan mengikat. Bahkan saya sempat merasakan rasa seperti berputar -putar, otak saya memaksa berjalan-jalan dan berkunjung ke masa  di mana putri-putri kerajaan tengah bermain, tertawa, menangis, belajar, menari  dan berkisah di tiap bilik tembok mereka,

Aku seribu kemungkinan
Dari setiap ukiran yang menyatu
Mengayun bergeming mengitari celah
Terbilik menyekat, namun seiring
Menetap dan berkibar dalam ruang
(KK)

Beralih dari ruang para putri tersebut kita masih akan menemui Koridor Retja Landa,yang menampilkan  arca-arca dewa-dewi Hindu Budha, dan juga Sasana  Sekar Bawana yang berisi lukisan dan patung pengantin gaya Yogyakarta dan Surakarta.

Setelah itu sampailah di ruang terakhir dimana setiap pengunjung disuguhi minuman yang dinamakan Kusmayana Drink yang merupakan hasil resep buatan Ratu Mas. .
Kusmayana drink roo
Di pojok kiri atas, sayang banget kepotong, huhu, adalah guide kami yang bernama Mba Icha (semoga bener). She's cute and smart. Photo itu di ambil di ruangan dimana kami di kasih minuman 'awet muda'bernama Kusmayana drink itu. Believe it or not? Let's see 20 years later hohoho. Di ruang ini kami sudah boleh memulai aksi mengambil gambar lho. Berikut dimulailah aksi jeprat-jepret tsb...
inside the room


princess in the mirror
Dan setelah hujan mulai reda (di sini cukup sering hujan),  kami melanjutkan meliput gambar di luar ruangan,
the stone pillars



wet and green .....yeaaayy



 our favourite spot
Yup, that's all..sebenarnya masih ada bangunan yang merupakan bagian dari museum ullen sentalu yaitu art gallery dan restoran. Art gallery menjual souvenir dan pakaian yang mana harganya cukup pas di kantong para kaum eksekutif hehe. Tapi jangan salah, tetap ada gantungan kunci dengan harga 7.500 kok (tapi kami ngga beli sih). Dan restorannya sendiri berada di atas art gallery, mengusung konsep gaya belanda. Lagi-lagi tidak bisa bercerita lebih, karena tidak mencicipi tempatnya. 

Buat saya, 3 jam menjelajah ullen sentalu memberi pengalaman spiritualitas budaya tersendiri buat saya akan budaya yang indah, berharga, mengagumkan, unik, misterius.

Sekian, salam hangat berbudaya
-Qachan-

for more information about ullen sentalu
http://www.ullensentalu.com/ 

© People & Place • Theme by Maira G.